Pages

Thursday, 6 February 2014

history tentang mpu tantular

Mpu Tantular adalah putra dari Mpu Bahula yang dikenal sebagai penyusun Kakawin Sutasoma di mana di dalamnya tercantum "Bhinneka Tunggal lka" yang menjadi semboyan negara Indonesia demikian dijelaskan dalam silsilah & kisah bhagawanta dari Mpu Tantular.
Selanjutnya dijelaskan pula bahwa, Mpu Tantular sangat pandai di dalam berbagai ilmu filsafat. Tidak ada menyamai dalam soal kependetaan yang sama keutamaannya dengan Mpu Bahula, ayahandanya.
Ida Mpu Tantular atau Danghyang Angsokanata atau Mpu Wiranatha, berputra empat orang semuanya laki-laki. 
  • Yang sulung bernama Mpu Danghyang Panawasikan. 
  • Yang nomor dua bergelar Mpu Bekung atau Danghyang Siddhimantra. 
  • Yang nomor tiga bernama Mpu Danghyang Smaranatha. 
  • Yang terkecil bernama Mpu Danghyang Soma Kepakisan.
Dalam salah satu karya Mpu Tantular sebagaimana disebutkan dalam wikipedia, kakawin sutasoma yang mengajarkan toleransi antar agama. Kakawin ini digubah oleh Mpu Tantular pada abad ke-14.
Dalam kutipan kakawin sutasoma tersebut diceritakan pula, 
Berperanglah sang Kalmasapada melawan raja Dasabahu, masih sepupu Sutasoma. Secara tidak sengaja ia menjumpai Sutasoma dan diajaknya pulang, ia akan dikawinkan dengan anaknya. Lalu iapun berkawinlah dan pulang ke Hastina. Ia mempunyai anak dan dinobatkan menjadi prabu Sutasoma.

Maka diceritakanlah lagi sang Purusada. Ia sudah mengumpulkan 100 raja untuk dipersembahkan kepada Batara Kala, tetapi batara Kala tidak mau memakan mereka. Ia ingin menyantap prabu Sutasoma. Lalu Purusada memeranginya dan karena Sutasoma tidak melawan, maka beliau berhasil ditangkap.

Setelah itu beliau dipersembahkan kepada Batara Kala. Sutasoma bersedia dimakan asal ke 100 raja itu semua dilepaskan. Purusada menjadi terharu mendengarkannya dan iapun bertobat. Semua raja dilepaskan.

Demikianlah disebutkan silsilah & kisah Bhagawanta dari Mpu Tantular yang juga bergelar sebagai Danghyang Angsokanata dan sangat pandai di dalam berbagai ilmu filsafat yang salah satu karyanya Sutasoma (1380 Masehi) sebagaimana disebutkan dalam Peradaban Budha dan Hindu pada Bali Kuno yang mampu mengajarkan saling menghormati, toleransi antar agama dan menghargai keragaman budaya sehingga terciptalah persatuan suatu bangsa.

No comments:

Post a Comment