1. Prasasti Cikapundung
tempo.co |
Prasasti ini ditemukan warga di sekitar sungai Cikapundung, Bandung
pada 8 Oktober 2010. Batu prasasti bertuliskan huruf Sunda kuno
tersebut diperkirakan berasal dari abad ke-14. Selain huruf Sunda kuno,
pada prasasti itu juga terdapat gambar telapak tangan, telapak kaki, dan
wajah. Hingga kini para peneliti dari Balai Arkeologi masih meneliti
batu prasasti tersebut.
Batu prasasti yang ditemukan tersebut berukuran panjang 178 cm,
lebar 80 cm, dan tinggi 55 cm. Pada prasasti itu terdapat gambar telapak
tangan, telapak kaki, wajah, dan dua baris huruf Sunda kuno bertuliskan
“unggal jagat jalmah hendap”, yang artinya semua manusia
di dunia akan mengalami sesuatu. Peneliti utama Balai Arkeologi Bandung,
Lutfi Yondri mengungkapkan, prasasti yang ditemukan tersebut dinamakan
Prasasti Cikapundung.
2. Prasasti Pasir Datar
Prasasti Pasir Datar ditemukan di Perkebunan Kopi di Pasir Datar,
Cisande, Sukabumi pada tahun 1872 . Prasasti ini sekarang disimpan di
Museum Nasional Jakarta. Prasasti yang terbuat dari batu alah ini hingga
kini belum ditranskripsi sehingga belum diketahui isinya.
3. Prasasti Huludayeuh
http://disparbud.jabarprov.go.id |
Prasasti Huludayeuh berada di tengah persawahan di kampung
Huludayeuh, Desa Cikalahang, Kecamatan Sumber dan setelah pemekaran
wilayang menjadi Kecamatan Dukupuntang – Cirebon.
Penemuan
Prasasti Huludayeuh telah lama diketahui oleh penduduk setempat
namun di kalangan para ahli sejarah dan arkeologi baru diketahui pada
bulan September 1991. Prasasti ini diumumkan dalam media cetak Harian
Pikiran Rakyat pada 11 September 1991 dan Harian Kompas pada 12
September 1991.
Isi
Prasasti Huludayeuh berisi 11 baris tulisan beraksa dan berbahasa
Sunda Kuno, tetapi sayang batu prasasti ketika ditemukan sudah tidak
utuh lagi karena beberapa batunya pecah sehingga aksaranya turut hilang.
Begitupun permukaan batu juga telah sangat rusak dan tulisannya banyak
yang turut aus sehingga sebagian besar isinya tidak dapat diketahui.
Fragmen prasasti tersebut secara garis besar mengemukakan tentang Sri
Maharaja Ratu Haji di Pakwan Sya Sang Ratu Dewata yang bertalian dengan
usaha-usaha memakmurkan negrinya.
4. Prasasti Perjanjian Sunda-Portugis
Prasasti Perjanjian Sunda-Portugis adalah sebuah prasasti
berbentuk tugu batu yang ditemukan pada tahun 1918 di Jakarta.. Prasasti
ini menandai perjanjian Kerajaan Sunda–Kerajaan Portugal yang dibuat
oleh utusan dagang Portugis dari Malaka yang dipimpin Enrique Leme dan
membawa barang-barang untuk "Raja Samian" (maksudnya Sanghyang, yaitu
Sang Hyang Surawisesa, pangeran yang menjadi pemimpin utusan raja
Sunda). Prasasti ini didirikan di atas tanah yang ditunjuk sebagai
tempat untuk membangun benteng dan gudang bagi orang Portugis.
Prasasti ini ditemukan kembali ketika dilakukan penggalian untuk membangun fondasi gudang di sudut Prinsenstraat (sekarang Jalan Cengkeh) dan Groenestraat
(Jalan Kali Besar Timur I), sekarang termasuk wilayah Jakarta Barat.
Prasasti tersebut sekarang disimpan di Museum Nasional Republik
Indonesia, sementara sebuah replikanya dipamerkan di Museum Sejarah
Jakarta
5. Prasasti Ulubelu
Prasasti Ulubelu adalah salah satu dari prasasti yang diperkirakan
merupakan peninggalan Kerajaan Sunda dari abad ke-15 M, yang ditemukan
di Ulubelu, Desa Rebangpunggung, Kotaagung,Lampung pada tahun 1936.
Meskipun ditemukan di daerah lampung (Sumatera bagian selatan), ada
sejarawan yang menganggap aksara yang digunakan dalam prasasti ini
adalah aksara Sunda Kuno, sehingga prasasti ini sering dianggap sebagai
peninggalan Kerajaan Sunda. Anggapan sejarawan tersebut didukung oleh
kenyataan bahwa wilayah Kerajaan Sunda mencakup juga wilayah Lampung.
Setelah Kerajaan Sunda diruntuhkan oleh Kesultanan Banten maka kekuasaan
atas wilayah selatan Sumatera dilanjutkan oleh Kesultanan Banten. Isi
prasasti berupa mantra permintaan tolong kepada kepada dewa-dewa utama,
yaitu Batara Guru (Siwa), Brahma, dan Wisnu, serta selain itu juga
kepada dewa penguasa air, tanah, dan pohon agar menjaga keselamatan dari
semua musuh.
6. Prasasti Kebon Kopi II
http://disparbud.jabarprov.go.id |
Prasasti Kebonkopi II atau Prasasti Pasir Muara peninggalan
kerajaan Sunda-Galuh ini ditemukan tidak jauh dari Prasasti Kebonkopi I
yang merupakan peninggalan kerajaan tarumanegara dan dinamakan demikian
untuk dibedakan dari prasasti pertama. Namun sayang sekali prasasti ini
sudah hilang dicuri sekitar tahun 1940-an. Pakar F. D. K. Bosch, yang
sempat mempelajarinya, menulis bahwa prasasti ini ditulis dalam bahasa
Melayu Kuno, menyatakan seorang "Raja Sunda menduduki kembali tahtanya"
dan menafsirkan angka tahun peristiwa ini bertarikh 932 Masehi. Prasasti
Kebonkopi II ditemukan di Kampung Pasir Muara, desa Ciaruteun Ilir,
Cibungbulang, Bogor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada abad ke-19 ketika
dilakukan penebangan hutan untuk lahan perkebunan kopi. Prasasti ini
terletak kira-kira 1 km dari batu prasasti Prasasti Kebonkopi I
(Prasasti Tapak Gajah).
7. Situs Karangkamulyan
sudrajat15.blogspot.com |
Situs Karangkamulyan adalah sebuah situs yang terletak di Desa
Karangkamulyan, Ciamis, Jawa Barat. Situs ini merupakan peninggalan dari
zaman Kerajaan Galuh yang bercorak Hindu-Buddha. Legenda situs
Karangkamulyan berkisah tentang Ciung Wanara yang berhubungan dengan
Kerajaan Galuh. Cerita ini banyak dibumbui dengan kisah kepahlawanan
yang luar biasa seperti kesaktian dan keperkasaan yang tidak dimiliki
oleh orang biasa namun dimiliki oleh Ciung Wanara. Kawasan yang
luasnya kurang lebih 25 Ha ini menyimpan berbagai benda-benda yang
diduga mengandung sejarah tentang Kerajaan Galuh yang sebagian besar
berbentuk batu. Batu-batu ini letaknya tidaklah berdekatan tetapi
menyebar dengan bentuknya yang berbeda-beda. Batu-batu ini berada di
dalam sebuah bangunan yang strukturnya terbuat dari tumpukan batu yang
bentuknya hampir sama. Struktur bangunan ini memiliki sebuah pintu
sehingga menyerupai sebuah kamar.
Batu-batu yang ada di dalam struktur bangunan ini memiliki nama dan
menyimpan kisahnya sendiri, begitu pula di beberapa lokasi lain yang
berada di luar struktur batu. Masing-masing nama tersebut merupakan
pemberian dari masyarakat yang dihubungkan dengan kisah atau mitos
tentang kerajaan Galuh seperti pangcalikan atau tempat duduk, lambang peribadatan, tempat melahirkan, tempat sabung ayam dan Cikahuripan.
No comments:
Post a Comment