Pages

Saturday 25 January 2014

KOTA BANDAR TUA GERSIK

A. POTENSI OBYEK

Kampung Kemasan terletak di sisi utara pasar gresik yang berada di utara Alon-alon Gresik. Tepatnya kampung kemasan ini berada di Jalan Ny. Ag. Arem-arem (Kelurahan Pekelingan). Namun di sekitar kampung kemasan ini juga banyak terdapat bangunan tua bergaya arsitektur Erpora, Cina dan timur Tengah. Pada sisi timur di jalan Nyai Ageng Pinatih terdapat kubur Nyai Ageng Pinatih yang merupakan saudagar dagang kaya yang menjadi syahbandar pelabuhan Gresik  di masanya yang sekaligus juga sebagai ibu angkat dari Joko Samudro yang bergelar Sunan Giri sebagi bagian dari wali 9 dan bergelar Prabu Satmoto sebagai pendiri dinasti Kerajaan Giri. Kubur Nyai ageng Pinatih tersebut berdampingan dengan pelabuhan Gresik yang hingga saat ini masih banyak disinggahi perahu-perahu barang tradisional seperti Phinisi (Sulawesi) dan lain-lain. Pelabuhan dengan kapal tradisional dan proses loading (bongkar muat) nya tersebut juga dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata. Sehingga pengembangan potensi wisata kampung kemasan menurut hemat kami sebiknya dikembangkan dalam satu konsep kawasan wisata “GRESIK KOTA BANDAR TUA.” Sarana dan prasarana menuju lokasi dan dilokasi obyek tersebut sebagian besar telah ada dan hanya membutuhkan penambahan serta penataan ulang.

B. LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN OBYEK

  1. Warisan peninggalan sejarah budaya yang sesuai undang-undang no.11 tahun 2010 tentang cagar budaya harus dilestarikan.
  2. Warisan peninggalan sejarah budaya yang potensial dikembangkan sebagai obyek daya tarik wisata minat khusus.
  3. Kondisi lingkungan kawasan Gresik Kota Bandar Tua yang arsitekturnya masih bercirikan kota tua dengan gaya Eropa, Cina dan Timur Tengah serta pelabuhan yang nasih banyak disinggahi kapal tradisional merupakan daya tarik wisata yang kuat bagi wisatawan kelas menengah dan atas.
  4. Adanya kecendrungan wisatawan yang semakin besar tertarik mengunjungi peninggalan budaya dan budaya hidup sebagaimana hasil pooling Pacific Area Travel Association (PATA) (Pandit, 1994:219).
  5. Pengunjung yang datang akan membelanjakan uangnya dilokasi obyek wisata. Semakin lama mereka berada di suatu lokasi wisata, maka akan semakin banyak uang yang dibelanjakannya. Efek tersebut diharapkan dapat menumbuhkan dunia usaha yang bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat Gresik dan peningkatan PAD Kab. Gresik.
  6. Lokasi obyek yang hanya berjarak 100 M dari alon-alon pusat kota gresik menjadikan obyek wisata Gresik Kota Bandar Tua sangat mudah untuk dikunjungi wisatawan.

C. POLA PENGEMBANGAN OBYEK WISATA

Pola pengembangan obyek wisata Gresik Kota Bandar Tua ini didasarkan pada pola pengembangan pariwisata budaya di Kabupaten Gresik dengan semaksimal mungkin memanfaatkan dan mengoptimalkan kondisi lingkungan, budaya, sosial, ekonomi setempat. Dampak positif dan negative pada semua aspek yang mungkin ditimbulkan terutama aspek sosial dan lingkungan fisik serta non fisik tetap menjadi prioritas pertimbangan dalam pengembangan obyek daya tarik wisata Gresik Kota Bandar Tua. Dengan demikian keterlibatan pihak ahli waris pemilik bangunan di dalam kawasan tersebut, pihak pemegang otoritas pelabuhan, Departemen Agama, PUSLITARKENAS, Balai Arkeologi Yogyakarta, Balai Perlindungan Penyelamatan Peninggalan Purbakala JATIM, Dinas Pariwisata, Dinas Pekerjaan Umum, dan DLLAJR masukan dan dukungannya diharapkan bersinergis dalam pengembangan obyek daya tarik wisata ini.

D. KENDALA-KENDALA PENGEMBANGAN OBYEK

  1. Status bangunan dan tanah yang merupakan hak milik perorangan, ahli waris, yayasan, swasta, dan pemerintahan yang memerlukan sinkronisasi dalam realisasi dan peningkatan profesionalisme pengelolaannya dibidang kepariwisataan bagi pemegang hak milik yang saat ini memfungsikan bangunan tua yang ada.
  2. Keterbatasan lahan parkir sehingga mempengaruhi pengembangan obyek wisata
  3. Pada banyak bagian , jalan yang ada dilingkungan kawasan ini berukuran sangat sempit bagi ukuran kendaraan bermotor, sehingga seringkali macet.
  4. Buruknya system drainase di kawasan obyek menyebabkan genangan air dan banjir di kala turun hujan.
  5. Tidak adanya taman dengan tempat duduk untuk sitirahat bagi pengunjung pada titik-titik tertentu dimana dari tempat tersebut bisa memandang view kota tua.
  6. Kurangnya trotoar yang dapat dimanfaat dengan aman bagi pejalan kaki (wisatawan) dalam menikmati keindahan kota tua.
  7. Minimnya lampu penerangan yang berkarakter sesuai dengan obyek dan mengekspos keindahan bangunan di malam hari.
  8. Tidak adanya ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan untuk menggelar pertunjukan tradisional khas gresik.
  9. Banyaknya papan reklame yang menutupi keindahan bangunan tua.
  10. Minimnya factor pemicu bagi datangnya pengunjung ke tempat wisata.

E. KONSEP SPESIFIKASI (KARAKTER OBYEK DAYA TARIK WISATA)

Pengembangan obyek daya tarik wisata ini menekankan pada karakter Gresik Jaman Dulu (Djaloe) dimana wisatawan yang hadir diharapkan dapat menikmati dan merasakan suasana Gresik di jaman kejayaan Gresik sebagai sebuah bandar dagang yang besar di Jawa Timur. Untuk itu dalam pengembangan konsep tersebut mesti memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  1. Pengembangan obyek Gresik Kota Bandar Tua harus menekankan konsep pelestarian cagar budaya yang berupa seluruh aspek dari peninggalan yang ada ditempat tersebut sebagai daya tarik bagi wisatawan.
  2. Dalam penambahan, pembuatan maupun pembangunan fasilitas penunjang tidak boleh mengganggu, merusak maupun menghilangkan unsur peninggalan cagar budaya.
  3. Penambahan, pembuatan maupun pembangunan fasilitas penunjang, desain bentuk dan warnanya disesuaikan dengan karakter bangunan kota tua yang ada.
  4. Konservasi dan revitalisasi kota tua dengan tetap memperhatikan orisinalitas unsure setiap bagian cagar budaya.

F. ATRAKSI YANG MUNGKIN DIKEMBANGKAN

  1. Kesenian khas gresik.
  2. Prosesi sedekah laut.
  3. Prosesi selamatan turun perahu atau kapal.
  4. Home industry (sarung tenun, kopyah, dll)

G. KEBUTUHAN FASILITAS

Berdasarkan analisis terhadap fasilitas yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
  1. Fasilitas Utama
  2. Lahan parkir bagi wisatawan baik yang menggunakan kendaraan pribadi (mobil, sepeda motor) maupun yang datang dengan menggunakan bus.
  3. Fasilitas Penunjang
  4. Fasilitas penunjang yang dibutuhkan adalah:
      • Sistem drainase
      • Trotoar bagi pejalan kaki
      • Taman dengan tanaman kanophy dengan tempat duduk
      • Lampu taman berkarakter tua.
      • Ruang terbuka untuk pertunjukan seni tradisi Gresik.
      • Tempat sampah
      • Restoran untuk makan dan minum dengan memanfaatkan bangunan tua.
      • Kios cendramata dengan memanfaatkan bangunan tua.
      • Jaringan internet bebas (hotspot wifi)
      • Angkutan khusus wisatawan, dalam hal ini lebih disarankan untuk menggunakan dokar (andong) dan becak.

H. ANALISIS TAPAK

Analisis tapak dilakukan dengan memperhatikan fisik dasar, analisis view, analisis kelayakan lahan untuk pengembangan, analisis kesesuaian lokasi dan analisis sirkulasi serta analisis penetapan pengembangan (zoning) pada lokasi obyek.

I. ANALISIS PENGATURAN

  1. Perlunya pengaturan bagi jenis kendaraan yang diperbolehkan masuk ke kawasan obyek wisata ini. Pengaturan dimaksudkan selain untuk menghindari kemacetan, juga untuk mencegah gangguan bagi struktur banguan akibat getaran maupun beban yang berlebihan bagi tanah disekitar bangunan. Larangan bagi kendaraan selain kendaraan tradisional pada jalan-jalan tertentu juga akan memperkuat karakter obyek.
  2. Perlunya pengaturan pemanfaatan kembali bangunan yang ada guna mendukung sector kepariwisataan, seperti pemanfaatan untuk hotel (home stay), restoran, toko cenderamata maupun industry tradisional yang produknya khas berkarakter gresik (kopyah, sarung tenun, baju koko dll).
  3. Perlunya penghijauan yang dapat menjadi peneduh wisatawan tanpa menutupi view bangunan tua yang ada.
  4. Perlunya pengaturan dan penataan ulang bagi papan reklame dan papan nama gedung agar tidak menutupi view bangunan.

No comments:

Post a Comment